
Rusia telah melancarkan serangkaian serangan besar-besaran yang intensif terhadap Ukraina, dengan Ibu Kota Kyiv menjadi salah satu sasaran utama. Serangan udara pada Jumat dini hari waktu setempat, 14 November 2025, dilaporkan menghantam hampir setiap distrik di Kyiv secara "masif," menurut Wali Kota Kyiv, Vitaly Klitschko. Rudal dan drone dilaporkan menargetkan berbagai infrastruktur penting di ibu kota, termasuk fasilitas energi dan jaringan pemanas, serta kawasan permukiman. Akibat serangan ini, satu orang dilaporkan tewas dan setidaknya 15 orang terluka di Kyiv, dengan tim darurat medis dikerahkan ke seluruh distrik.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengecam keras gelombang serangan terbaru ini, menyebutnya sebagai "upaya keji untuk menyebarkan teror." Zelensky menyatakan bahwa serangan tersebut merupakan tindakan yang disengaja dan diperhitungkan, dengan tujuan menyebabkan kerusakan maksimal pada masyarakat dan infrastruktur sipil. Ia juga sebelumnya mengungkapkan kekecewaannya atas tanggapan dunia yang dianggapnya biasa saja terhadap serangan-serangan Rusia, menyerukan agar komunitas internasional memberikan tekanan lebih besar dan menjatuhkan sanksi kepada Rusia guna mencapai gencatan senjata permanen.
Serangan-serangan ini merupakan kelanjutan dari eskalasi yang telah berlangsung dalam beberapa bulan terakhir, di mana Moskow secara intensif menargetkan infrastruktur energi, sistem kereta api, dan bangunan tempat tinggal Ukraina. Kerusakan signifikan dilaporkan terjadi pada gedung-gedung bertingkat dan sejumlah bangunan non-perumahan. Pasokan listrik dan air juga terganggu di beberapa wilayah.
Reaksi internasional terhadap serangan yang berkelanjutan ini terus bermunculan. Kanada telah mengumumkan sanksi baru yang menargetkan produksi drone dan energi Rusia, serta infrastruktur siber. Sementara itu, para menteri luar negeri G7 menyerukan gencatan senjata segera di Ukraina, menegaskan dukungan "tak tergoyahkan" terhadap integritas teritorial negara tersebut. Di sisi lain, Ukraina juga telah melancarkan serangan balik, termasuk menargetkan kilang minyak dan fasilitas penyimpanan bahan bakar di wilayah Rusia. Konflik yang telah berlangsung sejak Februari 2014 ini, dan meningkat menjadi invasi skala penuh pada Februari 2022, terus menimbulkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur yang meluas.