:strip_icc()/kly-media-production/medias/5407384/original/005695600_1762705533-Investasi_Bontang__3_.jpeg)
Pemerintah Kota Bontang secara strategis memprioritaskan investasi di sektor hilirisasi pengalengan ikan dan pengolahan rumput laut sebagai upaya mendasar untuk memperkuat ekonomi lokal. Langkah ini bertujuan untuk menggeser ketergantungan ekonomi dari sektor energi dan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya alam lokal, menciptakan nilai tambah serta lapangan kerja baru.
Prioritas ini didasarkan pada hasil Kajian Peta Potensi dan Peluang Investasi Kota Bontang Tahun 2025 yang menempatkan hilirisasi pengalengan ikan dan pengolahan rumput laut sebagai dua sektor unggulan dengan potensi investasi terbesar. Ketua Tim Kajian Pemetaan Peta Potensi dan Peluang Investasi, Dr. Rahcmad Budi Suharto, yang juga Koordinator Program Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Mulawarman Samarinda, menegaskan bahwa hilirisasi adalah kunci untuk memaksimalkan potensi daerah. Ia menjelaskan bahwa Bontang memiliki potensi besar di bidang perikanan tangkap dan rumput laut, namun nilainya belum maksimal karena sebagian besar hasil masih dijual dalam bentuk mentah. Melalui hilirisasi, diharapkan dapat tercipta rantai nilai baru yang memberikan dampak langsung bagi masyarakat lokal.
Untuk sektor pengalengan ikan, tim kajian merekomendasikan pendekatan pragmatis dengan mengoptimalkan infrastruktur yang sudah ada, seperti Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tanjung Limau, daripada membangun fasilitas baru yang berbiaya tinggi. PPI Tanjung Limau dinilai strategis karena berdekatan langsung dengan aktivitas nelayan, sumber bahan baku ikan segar, dan telah dilengkapi fasilitas penyimpanan dingin (cold storage). Komoditas perikanan lokal yang diunggulkan antara lain cakalang, tongkol, dan tuna. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Bontang, Muhammad Aspiannur, juga menyoroti pentingnya diversifikasi ekonomi dari energi ke maritim. Meskipun demikian, terdapat tantangan seperti ketergantungan pada bahan baku impor seperti tinplate yang meningkatkan biaya produksi, serta kebutuhan perbaikan infrastruktur jalan, listrik, dan air untuk menunjang aktivitas manufaktur berkelanjutan.
Sementara itu, sektor rumput laut Bontang memiliki kualitas unggul dibandingkan daerah penghasil rumput laut lainnya di Indonesia. Potensi besar terbuka untuk pengembangan produk turunan bernilai tinggi seperti agar-agar, kosmetik, dan farmasi. Bontang telah berhasil mengekspor rumput laut jenis cottoni ke India, diawali dengan 5 ton dan kemudian mencapai 15 ton oleh PT Borneo Ocean Nauly. Wakil Wali Kota Bontang, Agus Haris, menekankan pentingnya pengembangan budidaya biota laut dan pelibatan perusahaan untuk mendukung sektor ini. Diharapkan hilirisasi rumput laut akan melahirkan industri turunan padat karya yang secara langsung meningkatkan ekonomi masyarakat pesisir. Untuk itu, pemerintah daerah didorong untuk memfasilitasi pelaku usaha rumput laut dalam mendapatkan lisensi penting dari Dinas Kesehatan dan Balai POM, serta bantuan promosi aktif untuk menembus pasar ekspor dan industri pengolahan.
Pemerintah Kota Bontang telah menyiapkan beberapa strategi untuk mewujudkan target ini, termasuk penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Pemberian Insentif dan Kemudahan Penanaman Modal. Raperda ini, yang sedang dalam tahap final pembahasan dengan DPRD, diharapkan dapat menyederhanakan prosedur perizinan, memberikan kepastian mekanisme insentif, dan memangkas hambatan administratif. Hal ini sejalan dengan visi "Bontang Berbenah" dan kebutuhan diversifikasi ekonomi. DPMPTSP Bontang juga telah membuka 18 peluang investasi strategis di berbagai sektor, termasuk pengolahan rumput laut. Stabilitas keamanan daerah dan pemenuhan perencanaan serta kebijakan investasi juga menjadi fokus utama dalam lima strategi peningkatan investasi pada tahun 2026.
Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni, yang kembali dilantik untuk periode 2025-2030 pada 20 Februari 2025, menyoroti penguatan daya saing investasi, pariwisata, dan UMKM sebagai prioritas utama program tahun 2025. Pada tahun 2024, investasi di Bontang mencapai Rp2,7 triliun, terdiri dari penanaman modal dalam negeri Rp2,5 triliun dan penanaman modal asing sekitar Rp2 miliar. Dengan realisasi investasi sebesar Rp821 miliar hingga triwulan III 2025, DPMPTSP Bontang optimis target investasi Rp2,5 triliun untuk tahun 2025 akan tercapai. Sinergi antara pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat diharapkan menjadikan Bontang sebagai model kota industri yang tangguh di sektor energi dan kuat di sektor ekonomi maritim serta UMKM lokal, mendukung visi Indonesia Emas 2045.