:strip_icc()/kly-media-production/medias/5420256/original/075984100_1763736181-IMG-20251121-WA0004.jpg)
Tim SAR gabungan kembali menemukan dua jenazah korban tanah longsor di Desa Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, pada Jumat, 21 November 2025, menjadikan total korban tewas yang ditemukan mencapai 12 orang. Penemuan ini dilakukan di tengah bayang-bayang ancaman longsor susulan dan kondisi cuaca yang tidak menentu.
Kedua jasad yang berhasil dievakuasi pada Jumat sore di Sektor C teridentifikasi sebagai Susanti, seorang perempuan dewasa, dan Jonathan Prayoga, seorang anak laki-laki berusia tujuh tahun. Sebelumnya, pada hari Kamis, 20 November 2025, tim SAR juga menemukan tujuh jenazah di sektor A-C, termasuk Lipah (45 tahun) dan Warjono Lamar (65 tahun).
Dengan penemuan terbaru ini, masih terdapat 16 korban lain yang dilaporkan hilang dan terus dalam pencarian intensif. Tanah longsor besar yang melanda Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum, terjadi pada Minggu, 16 November 2025, diduga dipicu oleh curah hujan dengan intensitas sangat tinggi yang mengguyur wilayah perbukitan selama beberapa jam, diperparah dengan keberadaan mata air besar serta retakan di area perbukitan.
Kepala Kantor SAR Semarang, Budiono, menyatakan bahwa proses pencarian dan evakuasi korban terus terkendala hujan deras, yang memaksa tim untuk menghentikan aktivitas demi menghindari longsor susulan. Selain hujan, terbentuknya kubangan air di wilayah longsoran dan mata air yang terus mengalir juga menjadi penghambat operasi pencarian. Untuk mengantisipasi hal tersebut, upaya operasi modifikasi cuaca, pembuatan jalur pembuangan air kubangan, dan jalur pengaliran air ke sungai telah dilakukan.
Operasi pencarian melibatkan sekitar 700 personel gabungan dari Basarnas, TNI, Polri, BPBD, PMI, relawan, serta didukung dengan pengoperasian 17 alat berat, unit K-9, dan pompa air. Namun, hujan deras terkadang membuat alat berat hanya bisa dioperasikan secara parsial. Proses pencarian pada Sabtu, 22 November 2025, akan tetap difokuskan pada Sektor A dan C.
Bencana ini tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga mengakibatkan dampak signifikan terhadap infrastruktur dan masyarakat. Sebanyak 7 warga dilaporkan mengalami luka-luka, 48 rumah roboh atau hilang, serta 195 rumah terdampak. Jumlah pengungsi mencapai 934 jiwa dari 335 kepala keluarga yang saat ini tersebar di lima lokasi posko darurat, termasuk kantor kecamatan setempat. Infrastruktur desa seperti jalan sepanjang 800 meter, jaringan listrik, saluran irigasi, dan bendung juga hancur lebur. Kerugian materi diperkirakan mencapai Rp3,68 miliar, belum termasuk hilangnya ternak dan lahan pertanian produktif. Pemerintah daerah bersama BNPB dan berbagai lembaga terus berkoordinasi untuk mempercepat proses evakuasi, pemenuhan kebutuhan dasar bagi penyintas, serta pendirian hunian sementara.