:strip_icc()/kly-media-production/medias/5402658/original/087544700_1762257184-Dapur_SPPG_di_Jayapura_Papua.jpeg)
Jayapura, Papua – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah kini tengah bergulir aktif di Jayapura, Papua, memberikan asupan gizi seimbang bagi ribuan murid dari jenjang PAUD hingga SMA. Inisiatif nasional ini tidak hanya bertujuan memenuhi kebutuhan gizi anak-anak, tetapi juga diharapkan dapat meningkatkan semangat belajar serta memberdayakan ekonomi lokal.
Peluncuran program MBG di Kota Jayapura telah dilaksanakan sejak 18 Maret 2025, dimulai dari tiga sekolah dan satu PAUD/TK di Distrik Abepura, Kota Jayapura, melayani 1.912 siswa. Sementara itu, di Kabupaten Jayapura, program ini secara resmi diluncurkan pada 10 Juni 2025, berkat kolaborasi antara Pemerintah Republik Indonesia, Badan Gizi Nasional (BGN), dan Yayasan Colo Sagu Nusantara. Per 9 September 2025, sebanyak 161 sekolah di Kota Jayapura, dengan sekitar 33.000 siswa dari PAUD hingga SMA/SMK, telah menerima manfaat program ini. Secara keseluruhan di Papua, per 13 Agustus 2025, MBG telah menjangkau 104 sekolah dan 151.990 siswa.
Salah satu keunggulan MBG di Jayapura terletak pada pendekatan kearifan lokal. Dua dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Polri yang beroperasi di Distrik Jayapura Utara (Dok V) dan Distrik Muara Tami, misalnya, melayani 1.880 siswa dengan menu yang kaya akan bahan pangan lokal. Menu yang disajikan mencakup papeda dan sagu sebagai sumber karbohidrat, ikan segar dan telur sebagai protein utama, serta sayur mayur lokal seperti daun singkong, bayam, dan labu. Umbi-umbian seperti ubi jalar dan talas juga kerap menjadi pelengkap. Bahan baku ini mayoritas diperoleh dari kebun masyarakat dan peternak lokal, bahkan proses memasak melibatkan mama-mama Papua sebagai relawan dapur, yang turut memberdayakan ekonomi kerakyatan. Untuk setiap porsi, siswa PAUD menerima seharga Rp 11.000, sedangkan siswa SD hingga SMA seharga Rp 15.000.
Operasional dapur MBG Polri ini berlangsung dengan standar tinggi. Memasak dimulai pukul 00.00 WIT hingga 04.00 WIT, penyajian pukul 06.00–07.00 WIT, dan makanan kemudian diantar langsung ke sekolah-sekolah setiap pagi. Kombes Pol Sandi Sultan, Auditor Kepolisian Madya Itwasda Polda Papua, menekankan bahwa kebersihan dan keamanan pangan menjadi prioritas utama, dengan tim Food Security dari Biddokes dan Rumah Sakit Bhayangkara dilibatkan untuk memastikan kualitas makanan.
Meskipun mendapat sambutan positif, program ini tidak luput dari tantangan. Wakil Bupati Jayapura, Haris Ricard Yocku, mengakui bahwa realisasi pelaksanaan MBG di Kabupaten Jayapura belum maksimal, dengan kendala jarak antarwilayah kampung dan sekolah menyulitkan distribusi. Majelis Rakyat Papua (MRP) melalui ketuanya, Nerlince Wamur, juga sempat mengeluhkan adanya menu yang tidak sesuai standar gizi, seperti sosis campur mie, dan mendesak penggunaan ikan sebagai lauk. MRP juga berharap adanya keterlibatan lebih luas dari semua pihak, termasuk ahli gizi dan gereja.
Namun, dampak positif MBG mulai terasa. Program ini dilaporkan telah memicu siswa untuk lebih rajin datang ke sekolah. Yosepina Ongge, Kepala Sekolah TK PAUD di Kampung Asei Besar, Kabupaten Jayapura, menyatakan bahwa anak-anak kini tidak perlu lagi dijemput dan langsung bergegas ke sekolah karena tahu akan mendapatkan makanan bergizi. Program MBG juga diharapkan dapat menekan angka stunting, meningkatkan kualitas gizi anak, dan secara simultan menggerakkan sektor pertanian, peternakan, serta perikanan lokal di Jayapura. UNICEF juga telah memilih 75 sekolah di Kabupaten Jayapura sebagai model percontohan program MBG terintegrasi, yang mencakup pendidikan karakter dan pembiasaan hidup bersih dan sehat. Pemerintah Kota Jayapura menargetkan seluruh sekolah mulai dari PAUD hingga SMA/SMK dapat melaksanakan program MBG pada Oktober 2025.