Notification

×

Iklan

Iklan

Terungkap! Pakar UGM Soroti 'Tapal Kuda', Retakan Sunyi Pembuka Jalur Longsor Fatal

2025-11-16 | 16:13 WIB | 0 Dibaca Last Updated 2025-11-16T09:13:20Z
Ruang Iklan

Terungkap! Pakar UGM Soroti 'Tapal Kuda', Retakan Sunyi Pembuka Jalur Longsor Fatal

Pakar dari Universitas Gadjah Mada (UGM) menyampaikan peringatan serius mengenai retakan tanah berbentuk tapal kuda, yang kerap menjadi pertanda awal tragedi tanah longsor. Guru Besar Teknik Geologi dan Lingkungan UGM, Prof. Dwikorita Karnawati, yang juga mantan Kepala BMKG periode 2017–2025, menekankan bahwa retakan lengkung ini merupakan alarm paling dini yang harus diwaspadai masyarakat di daerah rawan bencana.

Retakan tapal kuda biasanya terbentuk di batas antara bagian lereng yang masih stabil dengan bagian yang sudah mulai bergeser. Begitu pola lengkung ini terlihat, risiko terjadinya longsor meningkat secara signifikan. Faktor pemicu utamanya adalah air hujan yang meresap ke dalam celah retakan, meningkatkan tekanan air di dalam tanah dan mempercepat pergerakan massa tanah. Longsor berbeda dengan gempa atau tsunami yang datang tiba-tiba, pergerakan tanah hampir selalu didahului perubahan fisik di permukaan yang bisa diamati.

Peringatan ini kembali menguat menyusul bencana tanah longsor yang melanda Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, pada Kamis malam, 13 November 2025. Hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut memicu pergerakan tanah yang menimbun sejumlah rumah warga. Laporan awal di lokasi bencana menyebutkan adanya retakan memanjang hingga 25 meter dan penurunan tanah sekitar dua meter sebelum material longsor menimbun permukiman.

Dalam insiden tersebut, awalnya dua orang dilaporkan tewas dan 21 orang lainnya dinyatakan hilang. Hingga Sabtu, 15 November 2025, operasi pencarian dan pertolongan telah menemukan total 11 jenazah korban meninggal, sementara 12 orang lainnya masih dalam pencarian. Bencana ini juga menyebabkan 12 unit rumah rusak dan 16 unit rumah lainnya terancam. Tim SAR gabungan mengerahkan lebih dari 520 personel dan tujuh unit ekskavator untuk mempercepat pencarian korban di tiga dusun terdampak, yaitu Cibeunying, Cibuyut, dan Tarukahan.

Prof. Dwikorita Karnawati mengimbau masyarakat untuk segera mengevakuasi diri ke area datar dengan jarak aman minimal dua kali tinggi lereng jika retakan tapal kuda mulai terlihat, terutama saat hujan deras. Saat cuaca cerah, retakan tersebut disarankan untuk segera ditutup menggunakan tanah lempung atau material kedap air guna mencegah air hujan meresap dan memperparah pergeseran massa tanah.

Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, telah menginstruksikan seluruh bupati dan wali kota serta BPBD kabupaten/kota untuk terus melakukan mitigasi bencana dan memetakan daerah-daerah rawan longsor, serta menyosialisasikan peta tersebut kepada masyarakat. Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta juga menyarankan langkah-langkah mitigasi struktural seperti pemetaan daerah rawan longsor, pembangunan terasering pada lereng curam, pembuatan drainase, pemasangan bronjong, dan dinding penahan tanah, serta penghijauan kembali. Selain itu, diimbau agar menghindari pembuatan sawah atau kolam di atas lereng dan tidak membangun rumah di bawah tebing. Kewaspadaan dini dan respons cepat disebut sebagai kunci untuk mencegah jatuhnya korban baru dalam menghadapi ancaman longsor.