:strip_icc()/kly-media-production/medias/5399886/original/074074600_1762038611-Murid_SD_di_Papua_minum_dari_botol_bekas_cuci_piring.jpg)
Sebuah video yang memperlihatkan seorang murid SD di Papua meminum air dari botol bekas sabun cuci piring menjadi viral di media sosial pada akhir Oktober 2025, memicu gelombang empati dan keprihatinan publik. Video berdurasi singkat ini pertama kali diunggah oleh guru SD Negeri Niwerawar, Kabupaten Sarmi, Papua, bernama Muh Abdi Abbas, melalui akun TikTok @abdi_bewok pada 26 Oktober 2025.
Dalam rekaman tersebut, seorang siswa berseragam putih merah terlihat dengan santai meneguk air dari botol plastik transparan bekas wadah sabun cair, bahkan kemudian membagikannya kepada teman sebangkunya saat jam makan siang di kelas sederhana berdinding kayu. Video ini menyoroti kondisi fasilitas yang sangat terbatas di SD Negeri Niwerawar yang hanya memiliki sekitar 20 siswa aktif. Akses terhadap air bersih juga menjadi tantangan di sekolah tersebut, dan banyak siswa sering membawa botol atau wadah seadanya karena keterbatasan ekonomi keluarga.
Menanggapi viralnya video tersebut, kakak dari bocah dalam video, Flora, memberikan klarifikasi. Ia menyatakan bahwa keluarganya tidak berada dalam kondisi kekurangan seperti yang disalahpahami banyak warganet. Flora mengungkapkan kesedihannya karena video adiknya dijadikan "bahan bersyukur" oleh sebagian orang dan berencana menghubungi ibunya untuk menanyakan alasan adiknya menggunakan botol bekas sabun cuci piring tersebut. Ia juga meminta agar warganet tidak memberikan komentar yang merendahkan atau menyinggung keluarganya.
Kasus ini kembali membuka mata banyak pihak mengenai minimnya perhatian terhadap fasilitas pendidikan dasar di daerah terpencil, khususnya di Papua. Data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sarmi menunjukkan bahwa beberapa sekolah dasar di wilayah pesisir dan pedalaman masih kekurangan sarana dasar seperti air bersih, alat tulis, dan ruang kelas yang layak. Secara lebih luas, kondisi pendidikan di Papua masih menghadapi berbagai permasalahan, termasuk kualitas sekolah dan fasilitas yang belum memadai, terutama di wilayah pedalaman yang jauh dari pusat pemerintahan, serta kurangnya akses air minum gratis di sekolah yang mendorong konsumsi minuman tidak sehat.
Viralnya video ini memicu gelombang simpati dan dukungan dari warganet, dengan banyak yang mulai menggalang bantuan untuk sekolah tersebut, termasuk rencana pengiriman peralatan sekolah, botol minum baru, dan buku bacaan anak-anak. Brand sabun cuci piring yang botolnya digunakan juga turut merespons dan menawarkan bantuan. Pemerintah dan berbagai organisasi juga terus berupaya mengatasi tantangan akses air bersih dan sanitasi di sekolah-sekolah Papua. UNICEF Papua, misalnya, mendorong pemerintah kota untuk memperhatikan fasilitas sanitasi di sekolah dan telah mendanai penanganan air bersih. Program-program seperti pipanisasi air bersih juga menjadi fokus untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat di pedalaman Papua. Bank Papua juga menyalurkan bantuan pendidikan, termasuk seragam dan alat tulis, sebagai bagian dari komitmennya untuk mendukung akses pendidikan yang merata dan berkualitas di Tanah Papua.