:strip_icc()/kly-media-production/medias/5419412/original/083789600_1763694668-Screenshot_2025-11-21_100709.png)
Aktivitas vulkanik Gunung Semeru di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur, terus menunjukkan intensitas tinggi pada hari Jumat, 21 November 2025. Pada hari ketiga pasca-erupsi signifikan, Pos Pengamatan Gunung Semeru mencatat terjadinya 45 gempa erupsi dalam rentang waktu enam jam, yaitu dari pukul 00.00 hingga 06.00 WIB.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Rudra Wibowo, melaporkan bahwa gempa letusan tersebut memiliki amplitudo berkisar antara 10 hingga 22 milimeter dengan durasi 58 sampai 184 detik. Selain gempa erupsi, instrumen seismik juga merekam enam gempa guguran dengan amplitudo 2-4 milimeter dan durasi hingga 74 detik. Terekam pula delapan gempa hembusan dan lima gempa tektonik jauh, dengan gempa tektonik memiliki amplitudo 4-8 milimeter dan rentang waktu S-P 14-16 detik. Rudra menyatakan bahwa aktivitas kegempaan sangat padat sepanjang dini hari.
Pengamatan visual terhadap puncak gunung sering kali terhalang kabut tipis hingga tebal (0-III), dan asap kawah tidak teramati. Cuaca di sekitar gunung dilaporkan mendung hingga hujan dengan angin lemah mengarah ke tenggara, yang membuat evaluasi kondisi gunung sangat bergantung pada data kegempaan.
Status Gunung Semeru saat ini masih berada pada Level IV atau Awas, yang merupakan tingkat peringatan tertinggi. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mempertegas rekomendasi kepada masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 20 kilometer dari puncak (pusat erupsi). Di luar jarak tersebut, masyarakat diimbau untuk tidak beraktivitas dalam jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar. Selain itu, radius delapan kilometer dari kawah Gunung Semeru wajib steril dari aktivitas karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar.
PVMBG juga meminta kewaspadaan tinggi terhadap potensi awan panas, guguran lava, dan aliran lahar hujan di sepanjang sungai-sungai yang berhulu di puncak Semeru, terutama Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat.
Peningkatan status menjadi Awas ini menyusul erupsi besar yang terjadi pada Rabu sore, 19 November 2025, yang ditandai dengan luncuran awan panas guguran (APG) sejauh hingga 15,5 kilometer yang menerjang Jembatan Gladak Perak dan sekitarnya. Erupsi tersebut memicu evakuasi ratusan warga dan 187 pendaki dari Ranu Kumbolo. Hingga saat ini, pemantauan intensif terhadap aktivitas Gunung Semeru terus dilakukan selama 24 jam penuh untuk mengantisipasi potensi perubahan kondisi.