Notification

×

Iklan

Iklan

Pramono Perjuangkan Martabat Ondel-Ondel: Dari Jalanan Menuju Panggung Kehormatan

2025-11-16 | 16:04 WIB | 0 Dibaca Last Updated 2025-11-16T09:04:58Z
Ruang Iklan

Pramono Perjuangkan Martabat Ondel-Ondel: Dari Jalanan Menuju Panggung Kehormatan

Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menegaskan kembali komitmennya untuk mengembalikan Ondel-Ondel ke posisi terhormat sebagai ikon budaya Betawi, jauh dari penggunaan sebagai alat mengamen. Penegasan ini disampaikan Pramono saat memberikan sambutan di Festival Storytelling Cerita Rakyat “Suara Nusantara” 2025. Ia berharap Ondel-Ondel tidak lagi digunakan untuk mengamen, melainkan ditempatkan kembali sebagai simbol budaya Betawi yang bernilai tinggi.

Pramono Anung menyatakan bahwa Ondel-Ondel merupakan bagian dari warisan budaya yang dinamis dan seharusnya dijaga serta dilestarikan, bukan direndahkan menjadi sarana mencari uang di jalanan. Fenomena Ondel-Ondel yang dijadikan pengamen di berbagai wilayah Jakarta telah menimbulkan keresahan masyarakat karena kerap mengganggu ketertiban umum, kurang etika, dan bahkan terkadang melibatkan anak-anak di bawah umur. Beberapa laporan juga menyebut adanya tindakan meresahkan, seperti mengejar pengendara atau pejalan kaki, hingga aksi pencurian.

Untuk mengatasi permasalahan ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta tengah menyusun regulasi atau peraturan daerah (Perda) yang secara khusus melarang penggunaan Ondel-Ondel untuk mengamen. Perda ini diharapkan dapat memperkuat Perda Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi, yang kini telah berusia sepuluh tahun. Rencana pembentukan Perda ini bertujuan untuk melindungi simbol kebudayaan Betawi agar tidak disalahgunakan dan memastikan Ondel-Ondel tampil di panggung yang pantas. Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno optimis Perda Lembaga Adat Masyarakat Betawi, yang akan mengatur penggunaan Ondel-Ondel, dapat segera rampung sebelum peringatan Hari Ulang Tahun ke-498 DKI Jakarta pada 22 Juni 2025.

Selain penyusunan regulasi, Pramono Anung juga menekankan pentingnya menyediakan ruang yang layak bagi para seniman Ondel-Ondel untuk tampil. Ia berkomitmen untuk melibatkan para pelaku seni dalam berbagai kegiatan resmi dan budaya di Ibu Kota, sehingga mereka tidak perlu lagi turun ke jalan. Pramono juga menyatakan dukungan terhadap 42 sanggar Ondel-Ondel yang ada di Jakarta, meminta agar mereka betul-betul dibantu. Ia mengapresiasi penyelenggaraan acara-acara kebudayaan seperti Festival Storytelling Cerita Rakyat “Suara Nusantara” 2025, yang dinilai sejalan dengan semangat Pemprov DKI dalam menghidupkan kembali budaya lokal.

Langkah penertiban ini juga mempertimbangkan aspek sosial dan ekonomi para seniman yang selama ini menggantungkan hidup dari mengamen Ondel-Ondel. Pemprov DKI berupaya mencari solusi konkret bagi mereka agar tetap dapat berkarya dan menopang ekonomi. Penetapan Jakarta sebagai kota global di bawah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2024, yang menempatkan kebudayaan Betawi sebagai kebudayaan utama Jakarta, semakin memperkuat urgensi pelestarian dan penempatan Ondel-Ondel pada posisi yang semestinya.