
Nenek Sumiati, seorang penjual jamu tradisional berusia 65 tahun di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan, menyuarakan harapannya agar jamu tradisional tetap lestari sebagai warisan budaya dan kesehatan Indonesia. Sumiati merasa gembira melihat semakin banyak pelanggan muda yang mulai menikmati dan rutin mengonsumsi jamu buatannya. Baginya, jamu bukan sekadar minuman, melainkan cerminan identitas bangsa. "Jamu itu perlu, soalnya kita kan orang Indonesia kan, jamu itu penting, ini kan rempah-rempahan asli," ujar Sumiati saat ditemui pada Sabtu (22/11/2025).
Sumiati telah menekuni profesi sebagai penjual jamu tradisional sejak tahun 1995, sebuah perjalanan yang kini sudah mencapai tiga dekade. Ia mempertahankan metode pembuatan jamu secara tradisional, meracik rempah-rempah langsung dengan tangannya sendiri, bukan menggunakan blender. Proses ini diakuinya memakan waktu lebih lama, namun menjamin kualitas dan keaslian rasa serta khasiatnya. Berbagai jenis jamu seperti beras kencur untuk menghilangkan pegal-pegal, kunir untuk lambung dan kesegaran badan, kunyit asam, temulawak, pahitan, sirih, serta rebusan kulit manggis dan daun sirsak tersedia lengkap di lapaknya. Jamu-jamu tersebut dijual dengan harga terjangkau, mulai dari Rp 5.000 untuk segelas hingga Rp 10.000 per botol.
Meskipun mendapat sambutan positif dari generasi muda, Sumiati menyadari adanya tantangan dalam melestarikan jamu, salah satunya adalah stigma rasa pahit yang melekat pada beberapa jenis jamu. Namun, semangatnya tak surut. Ia percaya bahwa jamu merupakan bagian tak terpisahkan dari identitas bangsa Indonesia.
Secara nasional, jamu merupakan salah satu bentuk pengobatan tradisional Indonesia yang memiliki sejarah panjang dan diyakini serta digunakan secara luas oleh masyarakat. Berbagai penelitian juga menunjukkan potensi besar jamu, terutama dalam hal tanaman obat yang memiliki sifat imunomodulator, sangat bermanfaat untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Penggunaan pengobatan herbal oleh lansia di daerah pedesaan, misalnya, juga menunjukkan hasil positif tanpa laporan reaksi merugikan. Untuk pengembangan dan pemanfaatan jamu di fasilitas layanan kesehatan menuju kemandirian di sektor kesehatan, diperlukan kolaborasi lintas sektor yang melibatkan akademisi, pelaku usaha, pemerintah, dan masyarakat. Pesan Nenek Sumiati untuk melestarikan jamu tradisional bukan hanya seruan untuk menjaga warisan kuliner, tetapi juga dorongan untuk mempertahankan kekayaan pengobatan alami yang telah lama menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Indonesia.