
Kelompok bersenjata kembali melancarkan aksi keji di Nigeria, kali ini dengan menculik 52 siswa dari sebuah sekolah Katolik di Negara Bagian Niger pada Jumat (21/11). Pemerintah Negara Bagian Niger telah mengonfirmasi insiden yang menyedihkan ini, meskipun jumlah pasti siswa yang diculik masih dalam proses verifikasi oleh pihak berwenang. Operasi pencarian dan penyelamatan segera diluncurkan oleh aparat keamanan untuk menemukan puluhan anak yang hilang dari Sekolah St. Mary di wilayah pemerintah lokal Agwara tersebut.
Insiden ini terjadi hanya berselang beberapa hari setelah penculikan massal lainnya. Pada Senin (17/11), sekelompok bandit bersenjata menyerbu sebuah sekolah asrama di Negara Bagian Kebbi, menculik 25 siswi dan menewaskan seorang guru. Berdasarkan laporan terbaru, satu siswi dari insiden Kebbi berhasil melarikan diri, menyisakan 24 lainnya yang masih dalam pencarian. Para pelaku dalam insiden Kebbi dilaporkan datang dengan sepeda motor dan terlibat baku tembak dengan penjaga sekolah sebelum membawa kabur para siswi.
Serangkaian penculikan ini menambah daftar panjang kekerasan yang melanda Nigeria, khususnya di wilayah utara. Sejak penculikan 276 siswi Chibok oleh Boko Haram pada tahun 2014, setidaknya 1.500 siswa telah menjadi korban penculikan di wilayah tersebut. Berbeda dengan Boko Haram yang bermotif ideologis, kelompok-kelompok bandit bersenjata yang kini beroperasi di kawasan tersebut umumnya melakukan penculikan demi keuntungan ekonomi, menggunakan tebusan sebagai sumber pendanaan untuk kegiatan kejahatan mereka.
Gelombang teror ini telah memicu kekhawatiran serius di Nigeria dan menarik perhatian internasional. Presiden Nigeria Bola Tinubu bahkan membatalkan kunjungannya ke G20 di Afrika Selatan sebagai respons terhadap situasi keamanan yang memburuk. Pernyataan dari pejabat tinggi Amerika Serikat yang mengancam tindakan militer terkait pembunuhan yang ditargetkan terhadap umat Kristen Nigeria juga mencerminkan tingkat keprihatinan global, meskipun pemerintah Nigeria menolak narasi tersebut, menegaskan bahwa umat Muslim juga merupakan mayoritas korban serangan oleh kelompok-kelompok bersenjata. Pihak berwenang Nigeria, termasuk Kepala Staf Angkatan Darat Letjen Waidi Shaibu, telah memerintahkan operasi berbasis intelijen dan pengejaran tanpa henti terhadap para penculik, menegaskan bahwa kegagalan bukanlah pilihan.