Notification

×

Iklan

Iklan

Anak Palangka Raya Menggugah: Suara untuk Krisis Rimba Terbakar

2025-11-17 | 17:38 WIB | 0 Dibaca Last Updated 2025-11-17T10:38:21Z
Ruang Iklan

Anak Palangka Raya Menggugah: Suara untuk Krisis Rimba Terbakar

Puluhan tawa anak-anak menggema di tepi Wisata Air Hitam Kereng Bangkirai, Sebangau, Kota Palangka Raya, dalam gelaran Festival Anak Sabangau 2025 yang berlangsung pada Minggu, 16 November 2025. Di lokasi yang berdekatan dengan hutan rawa gambut tersebut, anak-anak menyuarakan jeritan pilu mereka terhadap rimba yang terbakar melalui drama teatrikal berjudul "Cahaya Rimba". Pertunjukan ini berhasil memukau penonton, yang memberikan apresiasi tinggi atas pesan yang disampaikan.

Drama teatrikal ini merefleksikan pahitnya realitas kehidupan masyarakat Kalimantan Tengah saat dilanda kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Keindahan hutan yang seharusnya menjadi tempat perlindungan bagi satwa, kini hancur lebur dilahap api, dan kabut asap yang dihirup masih menyisakan sesak bagi kehidupan.

Agus Damanik, Koordinator Edukasi Yayasan Borneo Nature Indonesia (YBNI), menjelaskan bahwa teatrikal ini membawa semangat pelestarian rimba melalui pendekatan yang edukatif dan kreatif. Ini merupakan bagian dari upaya meningkatkan kesadaran lingkungan sejak dini. Tema yang diusung dalam acara ini adalah "Kalawa Bara Himba", yang berarti cahaya dari hutan. Sebanyak 50 anak terlibat dalam teatrikal ini, setelah menjalani latihan selama 60 hari sebelum pertunjukan. Mereka belajar bahwa kekayaan sejati terletak pada udara bersih dan hutan rawa gambut yang hijau, serta bahwa perjuangan melestarikan lingkungan harus diwariskan kepada generasi berikutnya.

Dampak kebakaran hutan dan lahan terhadap kesehatan anak-anak di Palangka Raya telah menjadi kekhawatiran yang berkepanjangan. Pada tahun 2023, kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Palangka Raya mengalami peningkatan signifikan akibat kabut asap. Kepala UPTD Puskesmas Jekan Raya, Haryadi, mengungkapkan adanya tren peningkatan pasien ISPA, dengan sekitar 50 hingga 63 persen di antaranya adalah anak-anak dan balita. Bahkan, sejumlah balita harus menjalani rawat inap di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya akibat terserang ISPA. Kondisi udara yang memburuk juga sering kali menyebabkan kebijakan sekolah diliburkan, memaksa siswa belajar dari rumah demi meminimalkan paparan kabut asap secara langsung.

Hingga Juli 2025, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangka Raya mencatat telah terjadi 33 kejadian Karhutla dengan luas lahan yang terbakar mencapai 10,69 hektare di wilayah tersebut. Upaya pencegahan terus dilakukan, termasuk melalui lokakarya kelurahan untuk pencegahan Karhutla dan pemberdayaan Masyarakat Peduli Api (MPA), yang juga melibatkan anak-anak dalam edukasi bahaya kebakaran lahan. Melalui suara polos anak-anak Palangka Raya, harapan untuk rimba yang lestari dan masa depan yang lebih baik terus disuarakan, mengingatkan pentingnya menjaga lingkungan bagi generasi mendatang.